Pengajaran Alkitab Tentang Penderitaan Sebagai Apologetika Terhadap Teologi Sukses

Abstract

This article is a theological response to successful theology. In this article, the author describes the various forms of suffering experienced by man and the teaching of the Bible about successful theology. The author saw that believers are not free from suffering through a theological study. The Bible shows that rendering occurs because of human sinfulness. God judges not by sinful nature and tendencies, but god judges based on man's evil deeds. Then, each person bears their sin penalty. All men have sinned as a result and endured the existence of derivative sins from generation to generation to generation. A person's conversion does not mean that the person is free from problems. In addition, the Bible also shows that suffering is god's will, then every believer is called to suffer. Suffering is also a price to pay as a disciple of Yesus. The suffering of believers can also make suffering an opportunity to testify.

Abstrak

Artikel ini merupakan sebuah tanggapan teologis terhadap teologi sukses. Dalam artikel ini penulis memaparkan tentang berbagai bentuk penderitaan yang dialami manusia dan pengajaran Alkitab dalam kaitannya dengan teologi sukses. Melalui sebuah kajian teologis, penulis melihat bahwa orang percaya tidak bebas dari penderitaan. Alkitab menunjukkan bahwa penderitaan terjadi karena keberdosaan manusia. Allah menghakimi bukan berdasarkan sifat dan kecenderungan berdosa, melainkan Allah menghakimi berdasarkan perbuatan dosa manusia. Kemudian, setiap pribadi menanggung hukuman dosanya sendiri. Semua manusia telah berdosa sebagai akibat dan menanggung adanya dosa turunan dari generasi ke generasi berikutnya. Pertobatan seseorang tidak berarti bahwa orang tersebut bebas dari masalah. Selain itu, Alkitab juga menunjukkan bahwa penderitaan adalah kehendak dan wahyu Allah, kemudian setiap orang percaya dipanggil juga untuk menderita. Penderitaan juga merupakan sebuah harga yang harus dibayar sebagai murid Yesus. Melalui penderitaan orang percaya juga dapat menjadikan penderitaan sebagai kesempatan bersaksi.